Home 150 Berita 150 Komunikasi Efektif Membentuk Perilaku Positif Anak

Komunikasi Efektif Membentuk Perilaku Positif Anak

Ilustrasi: Anak bermain hujan

Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Wilayah Kalimantan Barat menyelenggarakan kegiatan talkshow yang dirangkai dengan Musyawarah Wilayah (Muswil) Himpsi Kalimantan Barat pada hari Minggu, 22 Februari 2015 yang lalu. Talkshow yang dilaksanakan mengusung tema Komunikasi Efektif membentuk Perilaku Positif Anak. Bertindak sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Dr. Andik Matulessy, M.Si; Dr. Fitri Sukmawati, M.Psi, dan Nordianto. Andik Matulessy adalah pengurus Himpsi Pusat, sekaligus Wakil Rektor I Universitas Tujuhbelas Agustus Surabaya. Sementara Fitri Sukmawati adalah Dosen IAIN Pontianak, dan Nordianto adalah Juara II Duta Mahasiswa Tahun 2014.

Komunikasi Efektif

Talkshow ini dilaksanakan di Ruang Teater Kampus IAIN Pontianak. Dalam talkshow tersebut diperoleh informasi bahwa kunci utama dari komunikasi efektif antara orangtua dan anak adalah buat anak merasa berharga. Dengarkan apa yang disampaikan anak dengan penuh perhatian, bila perlu, tinggalkan kegiatan yang tengah dilakukan orangtua saat anak menceritakan pengalamannya.

Beri tanggapan yang sesuai. Hal ini akan membuat anak merasa benar-benar didengarkan dan diperhatikan oleh orangtuanya sehingga ia merasa berharga. Dengan demikian, anak akan senang bercerita dan berkomunikasi dengan orangtuanya. Kedepannya, diharapkan anak lebih terbuka pada orangtua, sehingga saat remaja, perilaku negatif yang marak dialami remaja, bisa dihindari.

Hal yang tak kalah penting adalah selalu memberikan pilihan pada anak. Misalnya anak malas pergi sekolah, maka orangtua hendaknya tidak memarahi anak, melainkan memberi pilihan yang akan merangsang daya nalar anak. Orangtua bisa menjelaskan konsekuensi yang akan dihadapi apabila anak tidak sekolah dengan sungguh-sungguh dan apa yang akan terjadi bila anak sekolah dengan serius.

Apabila hal ini dilakukan sejak dini, maka anak akan terbiasa untuk berpikir secara mandiri. Anak akan terbiasa untuk melakukan reasoning, proses pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan alasan logis. Keterampilan ini kelak akan sangat dibutuhkan oleh remaja dalam memutuskan apakah ia akan bisa menolak ajakan dan bujukan negatif dari teman sebaya dan lingkungan sosialnya.

Marah saat anak mogok sekolah tidak akan menyelesaikan masalah. Anak justru akan membenci sekolah dan menganggap kegiatan sekolah dan kegiatan belajar mengajar sebagai beban yang ingin dihindari. Orangtua yang memberikan pilihan kepada anak dan memfasilitasi anak untuk mengambil keputusan sendiri pada hakekatnya sedang membuka peluang bagi anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir mandiri dan bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.

Orangtua pun disarankan untuk tidak melakukan komunikasi saat marah, baik saat orangtua dan/atau anak sedang marah. Komunikasi yang dilakukan saat salah satu atau kedua pihak sedang marah, tidak akan efektif, bahkan cenderung akan menyakiti salah satu atau bahkan kedua pihak yang sedang marah.

Kedua orangtua, ayah dan ibu, diharapkan dapat seiya sekata, kompak, dan konsisten dalam menerapkan peraturan di rumah. Jangan sampai terjadi, ayah mengizinkan tapi ibu melarang, atau sebaliknya. Jangan pula terjadi kakak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu, sementara adik dilarang melakukan hal itu. Orangtua yang tidak kompak dan tidak konsisten akan membuat anak merasa bingung, langkah apa yang seharusnya diambilnya. Anak juga dapat tumbuh menjadi pemberontak karena merasa diperlakukan tidak adil, atau merasa bahwa ia mempunyai peluang untuk mendapat pembelaan dari salah satu orangtua atas kesalahan yang dilakukannya.

Pada kesempatan yang sama, narasumber menyarankan agar orangtua mengetahui siapa teman bermain dan berkumpul si anak, bahkan orangtua dari teman anak. Hal ini dapat membantu mencegah problema kenakalan anak dan remaja. Para orangtua dapat saling bertukar informasi tentang sepak terjang anak-anaknya di luar rumah.
Pada akhirnya, menjadi orangtua adalah proses pembelajaran seumur hidup. Orangtua wajib terus-menerus melengkapi diri dengan informasi dan keterampilan dalam mendidik anak-anaknya.

Penulis: Yulaecha Padma Ichwanny
Sumber: BKKBN Kalimantan Barat

About bangfad

Bangfad - Seorang blogger yang sering kehilangan ide menulis saat didepan komputer, telah lama belajar website yang saat itu masih bernama "homepage" hingga berubah nama menjadi "blog" namun sampai sekarang masih terlihat "cupu" namun tetap mencoba eksis di dunia Blog dan Review.

Check Also

Memperingati Hari Kependudukan, BKKBN KALBAR Gelar Senam Lansia dan Lomba-lomba

Memperingati Hari Kependudukan Dunia, dan Hari Lansia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.