Home 150 Review 150 Membangun Kebersamaan dalam Keluarga Menuju Keluarga yang Berkualitas

Membangun Kebersamaan dalam Keluarga Menuju Keluarga yang Berkualitas

“Harta yang paling berharga adalah keluarga”
“Istana yang paling indah adalah keluarga”
“Puisi yang paling bermakna adalah keluarga”
“Mutiara tiada tara adalah keluarga”

keluarga-sakinahAnda tentu ingat sepenggal syair soundtrack sinetron Keluarga Cemara yang sempat menghiasi layar kaca televisi pada tahun 1996-2002 di RCTI dan pada  tahun 2004-2005 di TV7. Sinetron tersebut sarat akan nilai edukasi, moral, susila, adat budaya yang menonjolkan kearifan lokal budaya Indonesia dan dikemas dengan apik dan sederhana, tetapi tetap menghibur  pemirsanya.

Sungguh sangat disayangkan, sinetron bergenre keluarga tersebut saat ini sudah tidak ditayangkan lagi dan belum ada sinetron lain yang dapat menggantikan posisi sinetron bergenre keluarga yang dapat mengedukasi pemirsanya seperti sinetron keluarga cemara.

Keluarga cemara mengisahkan tentang sebuah keluarga yang hidup dengan kesederhanaan dan keikhlasan. Abah adalah seorang ayah yang sabar, pantang menyerah menghadapi cobaan hidup, dan tetap semangat menjalankan perannya sebagai kepala keluarga meskipun ia harus bersusah payah mengayuh becak demi menghidupi keluarganya.

Hal ini tentulah tidak mudah bagi abah, karena pada awalnya ia adalah seorang pengusaha kaya raya yang tiba-tiba jatuh miskin. Karakter Emak, tidak kalah penting dalam kisah ini. Emak digambarkan sebagai seorang istri yang sabar, setia  dan ikhlas mengabdikan dirinya demi kebahagiaan keluarganya.

Kisah ini semakin seru dengan adanya ketiga anak yang dimilikinya, dimana masing-masing hadir dengan karakter yang berbeda-beda dan saling melengkapi. Adalah Euis, anak pertama yang penuh pengertian dengan kondisi orang tuanya; Ara anak kedua yang digambarkan sebagai anak yang pintar, rajin dan tabah; serta Agil anak ketiganya yang digambarkan sebagai anak yang lugu dan polos. Pancaran kasih sayang yang terjalin dalam keluarga ini benar-benar tulus dan tidak mengada-ada. Jika kita amati cerita Keluarga Cemara benar-benar menggambarkan potret keluarga yang berhasil menjalankan nilai fungsi keluarga.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu Lembaga Non-Kementerian yang intens mengkampanyekan terwujudnya keluarga berkualitas mengartikan keluarga sebagai kumpulan dua orang atau lebih yang dibentuk dalam ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup material dan spiritual yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai hubungan yang selaras, serasi, seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (Sudiharto, 2007).

Jika dicermati dari pengertian tersebut, maka yang tergambar dengan jelas arti dari sebuah keluarga adalah pertama, adanya ikatan pernikahan yang sah artinya bahwa hubungan seorang pria dan wanita, dalam hal ini pasangan suami istri, dalam keluarga diakui oleh norma agama, sosial dan hukum (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Kedua, adanya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup material dan spiritual yang layak, artinya dalam keluarga kepala keluarga mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan nafkah baik material maupun spiritual bagi istri dan anak-anaknya.

Kebutuhan material yang dimaksud disini meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Adapun kebutuhan spiritual adalah pemenuhan kebutuhan afeksi berupa cinta, suka dan kasih sayang dalam keluarga. Ketiga, yang dimaksud ada hubungan yang selaras, serasi, seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya adalah bahwa antara orangtua, anak, kerabat lain yang tinggal dalam keluarga tersebut mempunyai hubungan yang harmonis, saling percaya dan mampu memainkan peran masing-masing. Hubungan yang harmonis dalam keluarga merupakan pondasi untuk membangun keluarga yang berkualitas.

Keluarga berkualitas tidak akan terbentuk begitu saja tanpa adanya usaha/proses untuk membentuknya. Pembentukan keluarga yang berkualitas memerlukan peran delapan fungsi keluarga secara utuh. Delapan fungsi keluarga besutan BKKBN adalah (1) fungsi agama yang mengajarkan nilai ketuhanan untuk membentuk generasi yang agamis, beriman dan percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa;

(2) fungsi sosial budaya, mengajarkan nilai gotong royong, kebersamaan, sopan santun, kepedulian dan toleransi untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dalam masyarakat; (3) fungsi cinta kasih, mengajarkan tentang cinta kasih dan kasih sayang antarsesama, empati, pengorbanan, tanggung jawab, keadilan dan kesetiaan;

(4) fungsi  perlindungan, mengajarkan tentang rasa aman, pemaaf, dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup; (5) fungsi ekonomi, mengajarkan tentang hemat, ketelitian, kedisiplinan, dan keuletan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga; (6) fungsi pendidikan, mengajarkan tentang penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas;

(7) fungsi pelestarian lingkungan, mengajarkan tentang upaya untuk mewujudkan kelestarian lingkungan ditengah kepadatan jumlah penduduk yang makin tinggi; dan (8) fungsi reproduksi, mengajarkan tentang upaya keluarga untuk menghasilkan keturunan yang berkualitas.

Mencermati nilai-nilai yang terkandung dalam delapan fungsi keluarga, apabila kesemuanya dapat diinternalisasi oleh masing-masing anggota keluarga seperti yang terpotret dari kehidupan Keluarga Cemara, maka upaya untuk membentuk keluarga yang berkualitas akan dapat dicapai dengan mudah. Akan tetapi harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Jika kita cermati kondisi masyarakat kita saat ini diantaranya banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga yang akhir-akhir ini banyak terjadi seperti orangtua membunuh anak kandungnya sendiri, anak mengusir orangtua kandungnya dari rumah tempat tinggalnya, belum lagi kasus pelecehan seksual yang banyak dilakukan oleh kerabat, tetangga dekat, dan bahkan oleh orangtua kandung sendiri.

Kejadian tersebut telah menunjukkan kepada kita tentang kaburnya fungsi keluarga dalam potret keluarga Indonesia saat ini. Bahkan yang lebih ironis lagi, kekerasan dan pelecehan seksual tersebut terjadi di rumah (tempat tinggal) yang harusnya dapat dijadikan sebagai tempat untuk melepaskan kepenatan setelah beraktivitas di luar rumah. Berkaca dari banyaknya kasus tersebut yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, maka saatnya kita mengambil langkah untuk melakukan revitalisasi delapan fungsi keluarga.

Banyak cara yang dapat ditempuh untuk melakukan revitalisasi fungsi keluarga, salah satunya adalah membangun kebersamaan dalam keluarga. Membangun kebersamaan dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1.    Melakukan aktivitas keagamaan bersama.

Aktivitas keagamaan yang dimaksud disini adalah sholat berjamaah bagi yang beragama islam, mengikuti kajian keagamaan yang ada di lingkungan sekitar/tempat tinggal, mengajak anggota keluarga mengunjungi dan menyantuni fakir miskin dan anak yatim piatu terutama yang masih ada hubungan kerabat dekat dan yang tinggal di yayasan-yayasan yang ada, dan sebagainya.

2.    Makan bersama.

Kegiatan makan bersama dapat dilakukan baik di rumah maupun di luar rumah (restoran/rumah makan favorit keluarga). Pada saat makan bersama, orangtua maupun anak-anak dapat saling bercerita aktivitas yang sudah dilakukan selama seharian, sehingga masing-masing anggota keluarga mengetahui dan memahami aktivitas anggota keluarganya. Sesekali waktu perlu dijadwalkan untuk makan bersama anggota keluarga di restoran favorit keluarga sebagai variasi agar tidak bosan dengan menu atau suasana makan yang ada di rumah.

3.    Menonton televisi bersama.

Bila dimungkinkan hindari untuk mempunyai televisi lebih dari satu di rumah. Hal ini dimaksudkan agar masing-masing anggota keluarga dapat berkumpul di ruang keluarga dan menonton acara televisi bersama sembari mengobrol santai tentang acara yang ditonton. Momen ini juga sangat penting bagi orangtua, terutama yang mempunyai anak usia balita dan sekolah dasar, agar mengarahkan anaknya untuk memilih tontonan/hiburan yang mempunyai nilai edukasi, sebagai upaya untuk menepis dampak negatif acara televisi. Pada saat menonton televisi, orangtua juga dapat mengenalkan nilai-nilai luhur dari acara yang sedang ditonton seperti nilai ketuhanan (tontonan bergenre dakwah), nilai sosial budaya (tontonan yang bergenre seni budaya), toleransi, ketabahan dan sebagainya.

4.    Mendampingi anak belajar.

Sesibuk apapun pekerjaan kita, usahakan untuk tetap meluangkan waktu untuk mendampingi anak belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini dimaksudkan agar kita mengetahui perkembangan sekolah anak kita, dan membantu mencari jalan keluar atas kesulitan atau permasalahan yang dihadapi oleh anak kita disekolah.

5.    Mendongeng.

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa aktivitas mendongeng yang dilakukan oleh orang tua dengan anaknya sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan emosi anak. Kecerdasan emosi merupakan faktor penentu paling besar dalam menentukan kesuksesan anak dimasa yang akan datang.

6.    Bermain bersama anak.

Bermain bersama anak dapat dilakukan dengan cara bermain kuda-kudaan, bermain peran, membuat kolase bersama, membuat origami atau permainan lain yang menjadi favorit anak.

7.    Belanja bersama.

Ajaklah anggota keluarga untuk ikut belanja bersama seperti belanja ke pasar tradisional, supermarket, mall dan berikan kesempatan pada mereka untuk memilih barang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan keinginannya. Jika memang diperlukan, buat kesepakatan dengan mereka barang apa saja dan berapa jumlah nominal uang yang boleh dibelanjakan sesuai dengan keinginan mereka asal mereka bertanggung jawab dengan pilihannya.

8.    Masak bersama.

Hal ini perlu dicoba terutama bagi pasangan muda yang mempunyai anak usia 4 s.d 10 tahun. Anak-anak usia 4 s.d 10 biasanya sangat tertarik pada aktivitas memasak di dapur terutama masakan menu favoritnya. Keingintahuan mereka akan cara memasak menu favoritnya biasanya cukup tinggi.

Tidak sedikit dari anak-anak ini ingin mengambil peran orangtua yang sedang memasak menu favoritnya yang tentunya dengan kreasi mereka sendiri. Hal ini juga penting untuk melatih kemandirian anak, terutama untuk anak-anak yang memiliki orang tua yang aktivitasnya tinggi apabila sewaktu-waktu mereka ditinggal tugas orangtuanya dan harus menyiapkan makanannya sendiri. Tetapi yang harus diingat adalah tanamkan pengertian pada anak (usia 4 s.d 10 tahun) tentang penggunaan kompor yang baik dan benar agar terhindar dari resiko kebakaran.

9.    Momen bebas.

Momen bebas yang dimaksud disini adalah memberikan kesempatan kepada masing-masing anggota keluarga untuk melakukan aktivitas yang disukai dalam suatu waktu tertentu. Untuk melakukan momen bebas perlu ada kesepakatan antar anggota keluarga, yang mana masing-masing anggota keluarga harus memegang komitmen yang telah disepakati dalam keluarga tersebut.

10.    Liburan bersama.

Liburan bersama seyogyanya dijadwalkan minimal satu tahun sekali. Liburan bersama tidak harus memilih tempat yang jauh dan butuh biaya yang mahal untuk mengunjunginya, sesuaikan dengan anggaran dan kemampuan yang ada. Yang terpenting adalah usahakan agar semua anggota keluarga bisa ikut dalam liburan bersama.

Ini adalah sebagian kecil contoh aktivitas sederhana yang dapat kita lakukan bersama keluarga untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dalam keluarga sebagai upaya untuk menginternalisasi delapan fungsi keluarga demi terciptanya keluarga yang berkualitas. (rien)

Penulis: Rindang

Sumber: kalbar.bkkbn.go.id

About bangfad

Bangfad - Seorang blogger yang sering kehilangan ide menulis saat didepan komputer, telah lama belajar website yang saat itu masih bernama "homepage" hingga berubah nama menjadi "blog" namun sampai sekarang masih terlihat "cupu" namun tetap mencoba eksis di dunia Blog dan Review.

Check Also

Bersama Untan Membangun Negeri

Bersama Untan Membangun Negeri – Universitas Tanjungpura atau yang lebih dikenal dengan sebutan Untan merupakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.