Home 150 Tempat Wisata 150 Cendra Mata “Guci Kramik” Khas Kota Singkawang

Cendra Mata “Guci Kramik” Khas Kota Singkawang

Desa Sakok, 2 km dari kota Singkawang, merupakan salah satu lokasi industri keramik dimana masih mempergunakan teknik tradisional. Tungku pembakaran keramik tradisional ini disebut tungku naga karena berbentuk seperti naga. Pabrik keramik pertama di Kalimantan Barat didirikan tahun 1895.

Sehingga desa ini telah menjadi pusat kerajinan keramik yang bisa ditemui ketika berkunjung ke Kota Singkawang. Desa ini mempunyai bengkel pembuatan keramik tradisional yang dikelola oleh penduduk setempat. Ketika baru memasuki kawasan desa ini, maka anda sudah bisa melihat ada berbagai macam keramik yang dipajang oleh para pengrajin. Bukan hanya keramik tersebut terlihat menarik, namun anda juga bisa membelinya untuk dibawa pulang.

Keramik yang dibuat oleh para pengrajin di Desa Sakok, bahan bakunya terbuat dari kaolin. Kaolin adalah mineral lempung yang mengandung silikat. Sifat lempung yang menjadi lengket pada saat terkena air dan kemudian berubah menjadi keras bila telah mengering, membuat lempung dimanfaatkan oleh manusia untuk membuat keramik semenjak masa lampau.

Keramik yang dibuat oleh industri besar menggunakan bahan baku yang sama sekali berbeda dengan keramik tradisional. Sekarang telah ada keramik yang terbuat dari oksida logam hingga komposit matriks keramik. Untuk membedakannya dengan keramik tradisional, maka keramik yang dibuat dengan teknologi industri disebut dengan keramik teknik. Karena bahan baku berikut dengan metode untuk membuat keramik yang digunakan oleh para pengrajin di Desa Sakok masih tradisional, maka keramik yang mereka produksi bisa memberikan ciri khas berbeda ketimbang keramik teknik.

Teknik Pengolahan Guci Keramik


Para pengrajin keramik di Desa Sakok memperoleh keahliannya dalam pembuatan keramik secara turun-temurun. Oleh karena itu wajar saja mereka masih mempertahankan metode dan bahan baku tradisional dalam pembuatan keramik. Generasi pertama yang diketahui telah membuat keramik di Desa Sakok sudah dimulai 1895. Generasi pertama pembuat keramik inilah yang kemudian meneruskan keahliannya kepada para keturunannya yang hingga kini masih membuat keramik di Desa Sakok.

Dengan datang ke Desa Sakok, pengunjung tidak hanya bisa membeli langsung keramik dari tangan pertama. Namun juga bisa melihat bagaimana proses pembuatan keramik secara tradisional. Proses pembuatan dimulai dari penyiapan bahan baku, yaitu tanah lempung. Tanah lempung yang digunakan sengaja dipilih yang berwarna putih. Sebelum tanah lempung bisa digunakan, maka tanah ini harus dipisahkan dari kotoran seperti batu yang dapat mempengaruhi hasil akhir keramik yang dibuat.

Setelah diperoleh tanah lempung yang bagus, maka selanjutnya dilunakkan dengan air agar bisa dibentuk dengan mudah. Tanah lempung yang sudah lunak kemudian dibentuk dengan tangan sesuai dengan bentuk yang diinginkan, misalnya bentuk guci atau tempayan. Beberapa produk kerajinan keramik seperti guci akan ditambahkan motif untuk mempercantiknya. Motif yang paling sering digunakan oleh pengrajin keramik di Desa Sakok adalah motif berbentuk naga.

Ketika bentuk yang diinginkan berikut dengan motifnya telah selesai dibuat, maka proses selanjutnya adalah pewarnaan. Pewarnaan ini selain bisa membuat keramik lebih menarik, juga bisa melindungi permukaan keramik dengan lapisan yang licin dan mengkilat.

Proses yang paling menentukan dalam pembuatan keramik adalah pembakaran. Keramik yang telah diberi warna kemudian dibakar dalam tungku khusus. Suhu didalam tungku pada saat proses pembakaran keramik bisa mencapai 1000 derajat Celcius. Tidak semua keramik yang dibuat berhasil melewati proses pembakaran. Bila ada cacat pada saat proses pembentukan keramik, maka keramik bisa retak bahkan pecah pada saat dibakar pada suhu 1000 derajat Celcius dalam tungku pembakaran. Tentu saja semua proses pembuatan keramik dari awal hingga akhir di Desa Sakok masih dilakukan manual dengan tangan.

Tiongkok terkenal dengan keramik mereka semenjak dari masa lalu. Karena generasi pertama pengrajin di Desa Sakok merupakan asli berasal dari Tiongkok, maka keramik yang dibuat oleh generasi penerusnya mempunyai kemiripan dengan keramik tradisional yang dibuat di Tiongkok. Pengrajin disini ada yang masih mempunyai keramik asli dari Dinasti Ming. Hal yang paling menarik adalah, ternyata mereka juga bisa membuat keramik yang persis sama dengan keramik dari Dinasti Ming tersebut.

Sehingga bagi mereka yang menjadi penggemar keramik tradisional tidak perlu jauh-jauh pergi ke Tiongkok. Karena pengrajin dari Desa Sakok mempunyai keahlian untuk menghasilkan keramik tradisional yang sama dengan yang dihasilkan oleh para pengrajin keramik tradisional Tiongkok. Karena keahlian pengrajin keramik yang ada di Desa Sakok, maka produk mereka telah tersebar hingga ke luar negeri.

Pesanan keramik dari luar negeri terutama berasal dari negara tetangga Indonesia, seperti Singapura dan juga Malaysia. Jika pengunjung membeli keramik langsung dari pengrajin di Desa Sakok, tentu saja harganya berbeda ketimbang bila telah dijual oleh tangan kedua di toko.

Ref: https://wisatapontianak.com/pusat-kerajinan-keramik-sakok-kota-singkawang-kalimantan-barat-2/

About bangfad

Bangfad - Seorang blogger yang sering kehilangan ide menulis saat didepan komputer, telah lama belajar website yang saat itu masih bernama "homepage" hingga berubah nama menjadi "blog" namun sampai sekarang masih terlihat "cupu" namun tetap mencoba eksis di dunia Blog dan Review.

Check Also

Surau Bait Annur, Surau Tertua di Kota Pontianak

Kota Pontianak tidak ada habisnya jika diulas, kali ini saya akan mengajak anda berjalan memasuki …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.